16 October, 2007

"Berani Merantau"

Berani Merantau

Keberanian merantau, membangun percaya diri dan kemandirian


Ingat tragedi Sampit? Semua bersedih, karena sebagian pengusaha sukses etnis Madura, ikut hengkang dari Sampit, Kalimantan Tengah. Kami bukan menyoal tragedinya, tetapi dari aspek kewirausahaan. Madura dan Kalimantan, jelas bukan seperti antar rumah di sebuah kampung.

Ini dua pulau yang berbeda dan berjauhan.

Tapi, berapa banyak orang Madura yang masih kelahiran Madura, lalu merantau ke Sampit. Banyak, bahkan banyak sekali dan kemudian anak-turunnya lahir di Kalimantan.

Sebagian dari mereka, sukses, meskipun awalnya dari nol. Kami hanya mau mengatakan, mereka “dari bukan apa-apa”, merantau, lalu sukses. Etnis lainnya yang fenomenal, orang Jawa asal Tegal. Ibukota saja, mereka taklukkan.

Kalau mau menghitung jumlah warung “beridentitas daerah” paling banyak yang mana, jawabannya: Warung Tegal. Di sektor makanan rakyat, ada penjaja bakso keliling. Banyak di antara mereka, mengusung identitas daerah.
Seperti bakso Malang , bakmi Wonogori, Pecel Lamongan, atau rumah makan Padang.

Yang lebih fenomenal, dan ini juga lebih global, perantau Cina pun yang sukses di negeri yang mereka datangi. Bukankah Anda yang sering bepergian lintas daerah, pernah mendengar, transmigran petani Jawa atau bali, banyak yang sukses sebagai transmigran di Sumatera, atau Sulawesi? Sukses dalam usaha, juga disokong sebuah keberanian:

merantau.

Merantau, punya makna sosial tersendiri. Ia berarti “jauh dari keluarga” yang memicu terbangunnya jiwa kemandirian. Tak bergantung pada keluarga, berarti mulai melangkah menjadi dewasa. Di rantau, apalagi di lingkungan yang tak tahu siapa kita sebelumnya, Anda bisa menjadi pribadi yang baru.

Kebaruan ini, sarat tantangan. Merantau, menyadarkan kita apa kelebihan dan kekurangan kita karena kita dihadapkan pada kenyataan-kenyataan baru. Merantau, membuat seseorang relatif tangguh, karena diterjunkan dalam situasi serba baru.
Perantau, umumnya segan minta tolong.

ini mengingatkan saya ketika harus menuruskan studi di yogyakarta mulai tahun 1993 ketika itu masuk sekolah di kelas 2 di sebuah sekolah muhammadiyah 3 wirobrajan, eh terus nyambung kuliah di STIE YKPN, tahun 2006, management itulah bidang yang saya pilih, dan lulus tahun 2001 akhir jadi kurang lebih 8 tahun MERANTAU,, sekarang di jakarta pun dengan status PERANTAU

Di situlah, kemauan menjadi lebih termotivasi. Perantau, rata-rata enggan berutang budi. Justru, karena ia orang baru, seorang perantau cenderung menanam jasa untuk banyak orang. “Investasi sosial” ini, pada saatnya berbuah kebaikan.

Siapa sangka, banyak orang yang menyukai kepribadian kita, bernagsur-angsur, menjadi pendukung setia langkah kita menganyam kesuksesan. Jadi? Cobalah merantau, temukan jatidiri Anda yang tangguh, kreatif, dan cerdik menangkap peluang

jadi sudahkan anda menjadi PERANTAU
(disadur dari buku" jangan mau seumur hidup jadi orang gajian, Valentiono Dinsi)


Salam FUNtaasstic

Asep Triono
bravo TDA

3 comments:

Admin said...

Dear Pak Asep,
Kalo bicara soal merantau mungkin saya adalah salah seorang dari perantau yang jam terbangnya lumayan tinggi :).
Cuman kalo saya ini kebangetan, makin tua merantaunya semakin jauh. Padahal seumur saya ini semestinya sudah harus menikmati hari tua dengan nyaman tanpa harus merantau apalagi meninggalkan keluarga.

Tapi apa yang pak Asep uraikan tentang merantau adalah benar adanya. Setidaknya dengan merantau akan semakin banyak pengalaman yang kita dapatkan.

Salam sukses selalu.
Ramli - Nigeria

Anonymous said...

Sudahkah anda menjadi PERANTAU?

Sudah Pak Asep... Saking sering merantau... saya jadi ketagihan... suka bosen kalau lama-lama stay di suatu kota...

Tapi setelah berkeluarga, terpaksa harus stay di jkt... mau jalan lagi ke daerah2... udah banyak 'bontot'-nya :)

Salam PERANTAU !!!

Wasalam

Sony

Mahadaya a.k.a Mada said...

GREAT ARTICLE........

Saya dulu pernah merantau walo belum keluar pulau, namun karena Bapak meninggal, ibu hanya ditemani oleh adik. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali, agar ibu tidak kesepian.

Nah saya sekarang merantau dengan media internet, lebih jauh tapi dekat di mata. :)

Akhir kata.."Saya salut dg para perantau"

Salam,
Mada
www.mahadaya.com
www.entrepreneurpartner.wordpress.com